Kamis, 26 Juni 2014




Insipred by @shaniaJKT48
Teng...Teng...Teng bunyi bel tanda masuk sekolah pun berbunyi. Nama ku Muhammad Edwin, sekarang aku duduk di kelas 1 SMA, di sekolah aku termasuk murid yang baik, sopan dan rajin, kegiatanku di sekolah lumayan padat, dan salah satunya aku mengikuti eskul band dan fotografi.
Pagi itu aku mendatangi kakak kelas ku, dia bernama Devi Kinal, aku hanya ingin bertanya, anak2 dance kapan latihnnya dan kapan mereka lomba, karna aku mendapat job untuk mengutip dokumentasi dimukai saat anak2 dance latihan,mengikuti lomba, hingga akhirnya selesai lomba.
“Edwin ntr bisa minta tolong gk, kamu kan punya kamera slr tuh, entar foto kita2 ya buat pendaftaran, soalnya semua anggota dance harus foto 1 per 1 setengah badan dan close up...”Ujar kak Kinal yang kebetulan ketua dance di SMA ku.
“Oh iya bisa kok kak, memang kapan mau mulai fotonya ?” Tanyaku
“Lebih cepat lebih baik sih, gimana pas ntr siang pas anak2 dance latihan, bisa kan ?”Pintanya
“Oke kak, pasti saya datang nanti”Seru ku


Sepulang sekolah aku singgah ke kantin untuk makan siang tiba2 aku tertabrak dengan seorang wanita yang baru pertama kali aku liat di sekolah ini.
“Maaf ya aku gk sengaja menabrak kamu” ujarku ke wanita itu
“Gk apa2 kok, lagian aku yang salah, soalnya aku jalan gak liat2” wanita itu berbicara padaku dengan senyumannya. Entah mengapa senyumannya membuat raga ini terdiam dan membuat jantung ini seketika berhenti berdetak, dari sekian banyak wanita yg aku liat, hanya dia yang mampu membuat perasaan ini tidak karuan, tiba2....

“Hey kenapa diam ?” tanya nya
“Emm gkpapa kok” sambil terbata2 aku berbicara, aku memberanikan diri untuk mengacungkan tanganku ke wanita itu dengan maksud ingin berkenalan.
“Namaku.....Edwin”
“Oh iya aku Shania” tiba2 dia merespon tanganku yg tadi aku acungkan kedia, dan mulai tersenyum padaku”
“Oh Shania ya, lagi mau makan siang ya”?
“Iya nih soalnya jam 2 ntar mau latihan dance”
“Yaudah duduk dulu aja shan,ntar makan sambil cerita” Entah mengapa aku langsung sok akrab dengan nya, aku berharap dia tidak mengatakanku “SKSD”(Sok Kenal Sok Dekat)
“Iyaaa yuk duduk dulu” katanya

Sumpah baru kali ini aku berkenalan dengan wanita yg sebaik dia, dia gk kayak cewe yg lain yg terkadang cuek, dia mudah bergaul, dan menurut ku dia mulai nyaman dekat ku

“Kamu mau makan apa, biar aku yang pesan ?" aku mencoba untuk berlaku baik di depannya.
“Hemm siomay aja deh, maaf ya ngerepotin” lagi2 dia tersenyum padaku dengan senyuman manis dan matanya yang indah.

Setelah memesan aku kembali menghampiri dia....
“Kamu kelas berapa ? kok aku baru liat kamu ya.” Kembali aku coba mengakrabkan suasana kami berdua.
“Aku kelas X-2 kalau kamu sendiri?” 
“Kalau aku kelas X-5, hehe anggota dance juga ?” tanya ku ke shania yg terus menatapku dengan mata indah nya tersebut
“Iya, dan akhir2 ini lagi sibuk latihan dan latihan soalnya mau lomba”
“Oh iya aku tadi diminta kak kinal buat foto anggota2 dance katanya sih buat pendaftaran”
“Jadi kamu yang dimaksud kak kinal, iya tadi kak kinal bilang entar ada anak kelas X yang foto kita, fotografer ya? Tanya nya padaku
“Hehe bukan kok, cuman sekedar hobi moto2 gitu, tuh makanan nya dateng, makan dulu yuk”
“Hehe iya”

Entah mengapa selama berbicara bersama shania aku selalu jadi salah tingkah dan gugup begini, “apakah aku jatuh cinta sama shania, ah sepertinya tdiak mungkin, tapi bisa juga sih....”Ucap ku dalam hati”
Seusai makan siang aku mencoba mengajak shania untuk sama2 ke aula tempat mereka latihan dance.
“Shan berangkat sama2 yuk ke aula nya ? aku  berharap shania mau untuk pergi ke aula bersama ku
“Yuk, tapi aku ganti baju dulu ya” ucap nya kepada ku lalu memberikan senyum manis nya kehadapnku.
“Ohiya aku juga mau ambil kamera di loker ku, ku tunggu depan UKS ya” aku melambaikan tanganku, dan shania membalas dengan melambaikan tangannya padaku.
Setelah dia selesai berganti pakaian dan aku sudah mebgambil kamera ku, kami pun bertemuan di depan UKS
“Sudah siap ?”Tanya ku ke shania
“Sudah yuk berangkat” Shania lalu menarik tangan ku, entah apakah aku bermimpi, aku tak percaya shania menggandeng tangan ku, aku hanya mampu menahan rasa ingin melompat2 kegirangan, sesampai nya di aula.....

“Ciee ciee ada yg lagi PDKT nih” sahut beby yg tiba2 muncul di belakang kami
“Ciee ciee” sahut anak2 lain, ternyata di situ sudah ada kak Kinal, kak Ve, Jeje, Beby, Yuvi, Nabilah dan masih banyak lagi.
“Gak kok ini tadi cuman kebetulan ketemu di kantin pas jam makan siang jadi berangkatnya sama2 deh” ucapku pada mereka semua yg ada di aula.
“Edwin ngapain ke sini?” tanya nabilah yg cerewetnya minta ampun
“Oh aku di minta kak kinal buat moto2 kalian”
“Iya soalnya orang yang kakak kenal di kelas X tu cuman edwin lagian dia punya kamera jga kan, jadi dia yg kakak minta untuk foto2 kita semua” ujar kak kinal
“Yaudah edwin di mulai aja yuk foto2nya” pinta kak kinal
Setelah satu persatu maju dan sampai terakhir adalah shania, ketika shania mulai berpose aku sengaja mengclose up wajahnya, sumpah ini kah yang di namakan bidadari nyata tak bersayap, hampir 1 menit aku belum mulai menjpret lalu tiba2....

“Edwin kok pas shania gk mulai jepretnya ? ada apanih ?” sahut kak ve yg senum2 melihat ku
“Jangan2 edwin suka nih sama shania ya, jujur gak?!” teriak jeje dari belakang
“Eh gk kok sini sudah mulai di foto, yuk shania pose ya”

Setelah semua sudah di foto, kak kinal menghampiriku...
“Edwin entar fotonya di edit dikit ya, besok kakak minta hasilnya” pinta kak kinal
“Oke kak” ujarku

Aku belum mau beranjak dari aula, aku sengaja soalnya ingin pulang bareng shania. Setelah latihan selesai aku menghampiri shania.
“Shania pulangnya sama siapa? Tanyaku sambil menundukkan kepala
“Hemm gk tau juga, aku telpon orang rumah buat jemput gk ada yg angkat nih” dia berkata padaku sambil memanyunkan bibirnya
“Eh gak usah manyun gitu dong, pulang sama aku aja yuk”
“Emang gk ngeroptin?”
“Enggak kok rumah kamu dimana ?” tanyaku lagi ke shania
“Di komplek perumahan ******** jalan******* blok**”
“Itu komplek perumahan ku juga, cuman aku di blok ** hehe”
“Yaudah deh, bener gk ngerepotin kan ?” ucap shania lagi dengan tersenyum

Aku mengemudikan motorku dengan laju, tiba2 shania memelukku dari belakang, aku tidak tau ingin berkata apa, aku merasa dunia ini milik kami berdua. 
Sampai dirumah shania....

“Makasih ya sudah di antarin pulang, jadi gk enak nih”
“Gkpp kok, makasih juga mau terima tawaran ku untuk pulang bareng” 
“Mau masuk dulu gk, kan cuacanya juga lagi panas banget” tawar shania dan kembali terus tersenyum padaku
“Gak apa2 kalau aku masuk”
“Gak papa kok yuk masuk” shania kembali menarik tangan ku dan aku kembali merasakan kalau ini mimpi.
”Kamu mau minum apa ?” tanya shania padaku
”Es teh aja shan kalau boleh, tapi gk pake gula ya”
”Apa rasanya coba teh gk pake gula ?”tanya shania yg sedikit heran.
”Iya minum teh tanpa gula juga asal liat senyum kamu jadi manis”ujarku yg sedikit menggombal shania
”haha gombal nih !, yaudah aku bikinin minum dulu ya” shania berdiri lalu melemperkan senyum manis nya padaku.

Tak lama kemudian....
“Nih minumnya, maaf ya sedikit telat, hehe”
”Iya gkpp kok, aku minum ya”

Tak terasa hari makin sore aku dan shania tak melihat jam karna keasikkan berbicara dan bercanda
“Yaudah shan aku balik dulu ya, udah senja juga nih, hm besok kamu berangkat sekolahnya sama siapa ? Kalau kamu mau entar aku jemput aja” aku mencoba menawarkan ke shania dengan maksud bisa lebih dekat dengannya.
”hmm seterah aja, jemputnya agak pagi ya, hehe biar gk telat”
”Hehe sip yaudah, aku balik dulu ya” aku mencoba melambaikan tangan ku dan shania pun melambaikan tangannya.
Bodohnya aku tidak meminta nomor handphone shania atau akun social medianya, ah mungkin besok saja aku minta ke dia...

Ke’esokan harinya, aku sudah siap menjemput shania, dari jauh aku sudah melihat shania bersiap untuk berangkat dengan ku ke sekolah
“Udah siap shan?”
”Udah, yuk” shania kembali tersenyum dan membuat aku semakin bersemangat untuk berangkat bersamanya...

“Sampai di sekolah....
“Cie cie ada yg berangkatnya barengan nih,hahha” tiba2 nabilah,ayana dan beby muncul di parkiran dan melihat kami berdua yg berangkat ke sekolah sama2
”Apaan sih” sahut ku dengan sedikit malu
”PBJ nya dulu dong” mereka senyum2 melihat kami berdua
”Jadian aja belum -,-” ujarku ke mereka

Namun aku melihat shania sedih ketika teman2nya yg lain membahas PBJ tadi, namun aku mencoba tidak kepo ke dia
“Hm shan pulangnya ntr mau  barengan lagi ?
”Gk usah win, aku minta jemput aja, hehe” dia tersenyum padaku, namun sekali lagi aku melihat senyumnya yg berbeda dari sebelum2nya.
”Oh yaudah, kalau nntr sore aku ngajak kamu jalan, boleh ?
”Hm boleh, sekalian ada yg mau aku omongin ke kamu, yaudah aku ke kelas dulu, bye....”dia juga tidak melambaikan tangannya padaku dan membuatku semakin heran...

Dikelas aku masih memikirkan sikap aneh shania, karna terlalu fokus memikirkan sikap shania yg aneh , tiba2 guru ku menegurku dengan keras...
”Edwin ! Dari tadi bapak ngejelaskan pelajaran kamu malah gk merhatikan bapak ya ! Sekarang kamu di hukum berdiri di depan pintu kelas dengan kaki satu dan tangan menjewer telinga
”I..iyaaa pak” jawabku gugup

Saat aku di hukum di depan kelas, tiba shania lewat di depan kelasku bersama yuvi, namun shania juga tidak menanyakan mengapa aku di hukum dan malah membuang muka di depanku.
Pulang sekolah aku langsung menuju rumah, aku beristirahat sebentar dan mandi lalu siap2 jalan bersama shania. Setelah istirahat dan mandi aku bersiap2 menjemput shania.
Sampai di rumah shania...

“Udah siap shan ?” tanyaku, aku juga melihat raut wajah shania yg berbeda
dia tidak berbicara melainkan langsung naik ke atas sepeda motorku. Sampainya kami berdua di pantai di daerah********.

Kami hanya membuang waktu kami untuk minum es kelapa berdua tanpa berbicara sama sekali. Aku mencoba merayu shania.

“Shan apakah kamu melihat mentari senja itu ?”
”Hm liat, kemapa emangnya?” jawab shania
”Dia itu sama kayak bulan gk konsisten untuk menemani kamu kalau lagi kesepian, kalau matahari dari pagi sama senja, dan bulan dari malam sampai subuh, tapi aku mencoba jadi diriku sendiri yg mau menemani kamu kapanpun kamu perlu aku” aku mencoba membuat shania senang dengan kata2 ku, dan shania mencoba tenang dan berkata...
”Win kamu masih ingat kata2ku kemarin kalau hari ini aku mau ngomongin sesuatu?" tanya nya yg mulai serius
”I...ingat, mau ngomong apa emang shan ?” jawabku yg mulai sedikit gugup
”Aku sudah jadian sama reza anak basket kelas XI, gk lama kamu pulang dari rumah ku pas itu, dia sms aku dan ngajak aku jadian, dan aku terima cinta dia, maaf ya win aku gk ada maksud untuk nyakitin kamu, cuman aku gk mau kamu terlalu dalam cinta sama aku, jadi aku harus bicara ke kamu, maaf win maaf...” shania mulai meneteskan air mata nya yg membuat raga ku ini sedikit terbawa suasana, aku juga mencoba mengendalikan emosi ku yg bergejolak di hati, namun aku mencoba menenangkan dia.
”Shan, udah gk usah sedih, apapun yg terbaik menurut kamu, itu juga yg terbaik buat aku” aku menghapus air mata yg mengalir di pipi shania.
”Udah yuk pulang, udah terlalu sore nih” aku mengajak shania pulang agar dia jg bisa beristiarahat.

Sampai dirumah shania...
”Shan aku balik dulu ya” aku tersenyum ke shania agar dia jg merasa bahwa aku baik2 aja dengan ucapannya tadi, walaupun kenyataannya tidak begitu

Setelah aku mencari informasi ke anak2 lain tentang reza yg sekarang menjadi kekasih shania, aku baru tau bahwa reza memang anak orang kaya, dia kesekolah dengan mobil honda jazz”
Hari demi hari berlalu, aku tetap sabar melihat shania dengan reza bermesraan.
Namun pada hari itu aku melihat tidak melihar shania di sekolah, aku mencari dia kemana2, hingga 1 sekolah aku kelilingi namun aku tidak menemukan shania, aku mencoba menanya beby yg ada di depan kelas nya, akhirnya aku menghampiri beby...

“Beb liat shania gk?” tanyaku yg sedikit gelisah
”Kamu gk tau win, shania kan masuk Rumah Sakit”
”Hah ! Sakit apa ?” taku sedikit khawatir setelah mengetahui bahwa shania masuk rumah sakit
”Gak tau, coba kamu datang aja ke rumah sakit **********”

Tanpa basa basi aku meminta surat dispensasi sekolah, dengan alasan ingin menengok shania.
Sampai rumah sakit...
”Sus pasien atas nama Shania Junianatha di kamar berapa ya?”
”Oh shania di kamar 207 di lantai 2 dek”

Aku langsung lari dengan buru2 menuju kamar shania, setelah sampai di depan kamar shania, aku mengetok pintu, setelah membuka pintu aku melihat shania terbaring lemas, lalu ibu shania bertanya....
”Temannya shania ya dek ?” aku melihat ibu shania dengan matanya yg merah seperti org habis menangis.
”Iya tante, nama saya Edwin.” aku mencoba menyalim tangan ayah dan ibu shania”
”Oh edwin, shania sering cerita tentang kamu, nak, katanya kamu itu baik orangnya, pacarnya shania ?” tanya ibunda shania yg tersenyum padaku.
”Bukan tante, cuman teman dekat, pacarnya shania kakak kelas di sekolahku” aku membalas senyuman ibu shania.
”Kok pacarnya belum ada jenguk dia ya” ibu shania berbicara sendiri dengan heran
Aku juga mulai heran, mengapa reza tdiak menjenguk shania
”Kalau boleh tau shania sakit apa ya tante ?”
”Shania sudah lama punya penyakit jantung, mungkin dia menyembunyikannya agar teman2 nya tidak khawatir”Ibu shania kembali menangis ketika aku melemparkan pertanyaan itu
”Shania juga tidak pernah cerita padaku tentang penyakitnya itu” ujarku dalam hati yg membuat air mataku menetes seketika”
Tak lama kemudia dokter yg merawat shania masuk, aku mencoba bertanya bagaimana solusi penyakit shania itu bisa sembuh
”Hm dok, apa ya yang bisa shania bisa sembuh dari penyakitnya ?
”Shania perlu jantung baru, kalau terlamabat sedikit, shania bisa saja kehilangan hidupnya” jawab dokter yg membuat ku seketika kembali menetskan air mata.

Aku berpamitan pulang, namu aku kesekolah mendatangi reza. Sampai di sekolah aku bertemu reza yg sedang ngumpul sama anak2 dance lainnya, tanpa basa basi aku langsung menghajar reza...
DUPPP!!!  Tiba2 anak dance kaget ketika aku menghajar reza 
“Kemana aja lo hah ! Shania sekarang terbaring gk bisa apa2 di rumah sakit ! Lo cowok apaan di saat cewek lo sakit lo malah asik2kan dengan kesibukkan lo !”
Aku mengangkat reza yg terbaring dan kembali menghajar dia dengan keras hinggu mengeluarkan darah dari bibirnya.
Aku langsung meninggalkan reza yg tak berdaya, aku menuju rumah, sesampai dirumah....
“Ma, Pa aku boleh ngomong sesuatu gk ? Aku mencoba tenang dan tidak membuat mereka khawatir
”Iya maau ngomong apa nak ? Jawab mereka 
”Aku mau mendonorkan jantungku ke shania, aku sayang dengan dia, aku gk mau dia meninggal ma, pa, biarkan aku yang mati, asalkan jangan dia, aku mohon ma,pa terima keputusan ku ini” aku menangis dan langsung memeluk mereka
”Kalau memang itu yg terbaik buat kamu, mama sama papa cuma bisa meng’iya kan permintaan mu nak “ mereka berdua menangis dengan keras, lalu aku berbicara pada adikku, nama nya zidane
”Dan kamu jaga mama sam papa ya, jgn jadi kayak kakak mu ini, kakak yg gk bertanggung jawab dengan keluarganya” aku memeluk zidane yg juga menangis dengan kata2 ku ini.

Aku dan kedua org tua ku beserta adikku menuju ke rumah sakit di mana shania di rawat, dan menemui org tua shania dengan maksud aku sudah siap mendonorkan jantungku untuk shania
”Tante saya ingin bicara, ya saya siap mendonorkan jantung saya untuk shania, ini karna sayang dengan dia, dan saya gk mau dia pergi dengan cepat meninggalkan dunia ini” ucap ku sambil menangis”
”Terima kasih banyak nak, tante gk tau harus berbuat apa, andai saja shania tidak begini mungkin tante akan meminta kamu yg jadi pendamping hidup shania selamanya” ibunda shania tidak dapat menaahan rasa sedih nya dan kembali menangis

Sebelum oprasi, aku membuat surat untuk shania agar kelas jika dia sudah bisa terbangun dia mampu membaca kata2 terakhirku untuknya.
Aku memasuki ruang oprasi, semua orang berdoa agar oprasi ini selamat, dokterpun mulai menyuntikkan obat bius, seketika pandangan ku mulai hitam, namun aku menyempatkan diri berdoa pada Tuhan...
"Ya tuhan, jagalah dia, jangan biarkan hari2nya dilapisi kesedihan, aku mencintainya Tuhan, biarlah aku memberikan jantung ini agar dia bisa hidup, dan kembli seperti biasanya, tolong sampaikan padanya Tuhan kelak jika dia sudah terbangun bahwa aku sangat mencintainya...."
Akhirnya aku menghembuskan nafas terakhir ku demi orang yang teramat aku cintai. Selama 2 jam oprasi berjalan akhirnya shania bisa kembali membuka matanya dan tersenyum, ya mungkin dia heran ketika semua orang berkumpul menyambutnya kembali normal, dia pun bertanya2 akan kehadiranku

“Ma Edwin mana?” tanya shania yg sedikit heran, ibunda shania dan teman2 shania serta keluarganya hanya mampu menangis”
”Edwin mana mah ! Edwin mana ! “ shania mulai mengeluarkan air matanya dan terus melihat di sekelilingnya untuk mencariku
”Mungkin di sini Edwin gk ada, cuman dia ada di dalam jantung hati mu nak “ ujar ibunda shania yg sedih akan kata2nya barusan.
”Maksud mama ?” shania tidak berhenti menangis karna mendengar kata2 ibu nya tadi
”Dia yg mendonorkan jatungnya buat kamu, dia gk mau kamu meninggal nak, makanya dia mengorbankan nyawanya demi orang yg dia cinta, yaitu kamu shania, sudahlah biarkan Edwin tenang di alam sana, dan ini ada surat terakhir dari dia untuk mu” ibunda shania lalu menyodorkan kertas putih yg berisikan kata2 terakhir ku untuk shania.

Dengan perasaan sedih dan tidak hentinya menangis, shania membuka surat terakhir ku untuknya...
“Hay shania, gimana nih sekarang, sudah baikkan gk ? hehehe, oh iya kamu sekolahnya yang rajin lagi ya, konsumsi tuh makanan2 yg sehat, di jagaloh jantung aku, awas kenapa2 ya hehe, oh iya semangat ya buat lomba dancenya, foto2 kalian masih di kameraku, entar kamu kerumahku aja ambil kameranya, aku cuman mau bilang, aku cinta sama kamu, andai saja kita bisa tetap bersama kayak dulu, mungkin sekarang aku bahagia bisa ketemu kamu, kamu juga nanti pilih pasangan hidup yg bener ya, aku cuman takut kamu sakit hati dengan permainan lelaki, maaf aku gk bisa jadi yg terbaik buat kamu, tapi buat aku, kamu adalah yg terbaaaaaaaaik deh, I Love You So Much Shania Junianatha, semoga kamu bahagia dengan pemberian terakhir ku ini..... :)”

Setelah membaca surat dari ku shania makin jadi meneteskan air matanya, dia masih tidak percaya bahwa lelaki yg selama ini mampu melumpuhkan hatinya membuat dia tersenyum bahagia, membuat dia tidak kesepian dan membuat dia ceria sekarang sudah berbeda alam dengannya.
"Kenapa harus dia yg pergi kenapa mah !!! seharusnya aku lebih milih edwin daripada reza, aku emang bodoh mah !" shania berteriak sambil menangis dipelukkan ibunya
"Sudah shania, dia gak mau liat kamu menderita, dia mau liat kamu senyum dan bahagia, besok kita datangi tempat pemakamannya ya nak" ibunda shania memeluk shania dengan erat, dan menyadarkan shania bahwa aku memang telah tiada, namun dia jg ingin menyadarkan shania bahwa aku ingin membuat nya bahagia ...
Keesokkan harinya shania meminta kedua orang tua nya untuk menuju tempat peristirahatan terakhirku, di depan batu nisan ku shania berkata
”Aku akan menjaga jantung ini untuk kamu win, semoga kamu tenang di alam sana, aku juga cinta sama kamu, terima kasih untuk waktunya selama ini....” shania menghapus airmatanya dan pergi dari tempat peristirahatan ku tadi...
Andai aku masih bisa berbicara pada shania, aku ingin mengatakan “Shania Tetaplah Tersenyum”

“Terkadang kita harus berkorban demi orang yang kita cintai, tidak bisa di pungkiri, nyawa juga bisa jadi bahan pengorbanan kta untuk orang yang kita cintai”

                                                                                       Tamat

by : Edwin Alvaro Pratama

0 komentar:

Posting Komentar

New Posts